Rasa Buah Gitaan Yang Manis dan Lezat

Rasa Buah Gitaan Yang Manis dan Lezat – Cita rasa gitaan berkulit kuning lebih manis dibanding gitaan berkulit jingga. Buah bercita rasa sirsak, manggis, dan susu itu sekarang kini masih diambil dari hutan. Penjual buah di salah satu jalan yang berada di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, itu seperti penjual buah pada umumnya. Di atas meja berjejer wadah dari plastik yang isinya bermacam-macam buah. Tetapi, lihatlah pada salah satu wadah penuh dengan buah berbentuk bulat, kulit berwarna kejinggaan. Itulah buah gitaan, buah hutan yang oleh ahli buah di Bogor, Provinsi Jawa Barat, Dr Mohamad Reza Tirtawinata, disebut-sebut sebagai buah paling enak di dunia.

Trubus datang ke penjual itu bersama anggota staf Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), Kalimantan Selatan, Sodik SP setelah dua pekan menunggu kabar dari pemilik warung tersebut. Kami memesan agar diberikan kabar ketika Willughbeia sp itu sudah ada stoknya.

Gitaan asal hutan dibanderol Rp5.000 per buah

Harap mafhum mencicipi buah bernama the missing fruits of paradise itu menjadi idaman. “Gitaan biasanya ditemukan di hutan di Kalimantan Tengah,” kata Sodik. Itu pun tidak selalu dijual ke pasar. Wajar saja selama setahun berburu gitaan di pasar-pasar buah tradisional di Kalimantan Selatan tidak menemukan hasil. Untungnya kami mengenal Ummi Kulsum, pemilik lapak buah tadi.

Buah Gitaan Berwarna Kuning Jarang

Ummi mendapatkan satu keranjang pitabu (nama lain gitaan) dari pedagang di Pasar Astambul, Martapura, Kalimantan Selatan. Buah surga itu asalnya dari hutan di sekitar Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, terletak sekitar 190 km dari Kota Banjarmasin ke arah utara.

Dari total 30 buah gitaan yang dijual, ada 3 buah yang berkulit kuning, lainnya berkulit jingga. Yang berkulit kuning mirip dengan Willughbeia sp yang pernah ditemukan oleh ahli botani di Bogor, Greg Hambali, di Halmahera, Provinsi Maluku utara, belasan tahun lalu. Jenis yang sama juga Trubus temukan dalam sebuah perjalanan ke Kalimantan Barat pada 2007. Sementara gitaan yang memiliki kulit jingga banyak ditemukan di Brunei Darussalam. Kerabat adenium itu memang mempunyai kulit beragam, yakni jingga, kuning, hingga kemerahan. Ukurannya mulai dari seukuran telur, pir, hingga melon.

Begitu gitaan berkulit kuning dibelah maka akan tampak daging berwarna jingga, persis seperti warna daging saudaranya yang berkulit jingga. Hanya saja jika cita rasa gitaan berkulit jingga dominan ke rasa asam dengan sedikit manis dan berasa seperti soda, si kulit kuning rasanya lebih manis. Sepintas mirip dengan rasa kecapi bangkok yang manis ditambah sedikit rasa susu. Seorang pembeli di warung itu juga sangat senang menemukan gitaan berkulit kuning. “Kalau dapat yang kulit kuning, senang sekali karena sulit ditemukan,” kata Indah Prameswari, pembeli itu.

Perempuan yang sedang mengandung itu lalu membelah buah, lalu mengambil daging buah gitaan dan menambahkan ke dalam es buah. Sungguh rasa nikmatnya kian lengket di lidah. Rasa manis asam bercampur rasa susu buah anggota keluarga Apocynaceae itu memberikan sensasi yang khas. Kebiasaan baru Indah itu membuat Trubus teringat pada perkataan Dr Moh Reza Tirtawinata sewindu silam pada waktu pertama kali merasakan buah gitaan. Di lidah doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu gitak madu (nama lainnya) sangat mungkin menjadi buah paling lezat terutama sebagai buah olahan seperti campuran jus, es krim, atau es campur.

Menurut Mawardi SP, peneliti di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, tampirik alias gitaan yang tumbuh di daratan Kalimantan memang beragam jenis dan beragam rasa. Tercatat ada 18 genus yang tergolong spesies Willughbeia sp. Secara taksonomi buah yang selama ini disebut gitaan pun kerap tertukar. Misalnya seperti Willughbeia angustifolia, Willughbeia dulcis, dan Willughbeia coriacea merujuk pada gitaan yang serupa.

Di Indonesia, nama gitaan melambung sejak 2004 saat Dr Moh Reza Tirtawinata, memberinya nama si buah surga. Itu setelah ahli buah dari Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, itu merasakan pitabu di Semongok, Sarawak, Malaysia. Buah yang dirasakan Reza rasanya seperti campuran sirsak, manggis, dan susu di dalam satu buah. Berbeda dengan yang Trubus cicipi di Banjarbaru, daging buah gitaan di Semongok itu memiliki warna putih. Sejak itu setiap institusi pertanian di Kalimantan mulai mengoleksi gitaan sebagai buah eksotis. Contohnya Kebun Percobaan Balandean, Baritokuala, yang mengoleksi satu tanaman. Akhir-akhir ini, beberapa kolektor buah pun turut menanamnya. Reza menanam 6 pohon di Bogor.

Sayang, menurut Mawardi, sampai saat ini tanaman yang ditanam sejak 8 tahun silam itu belum juga mengeluarkan buah. Diduga penanaman dari biji menyebabkan tanaman lambat buah. Padahal dari informasi yang diterima Reza dari pemilik pohon pitabu di Semongok, pada umur 5 tahun pohon sudah dapat mengeluarkan puluhan buah. Buah surga itu juga produktif. Dari satu tangkai dapat muncul 4 buah.

Pemilik pohon menanam gitaan dengan cara dirambatkan pada rangka berbentuk tenda yang memiliki ukuran 10 m x 5 m x 2,5 m. Daunnya dapat memenuhi bagian atas rangka sehingga sinar matahari tidak tembus ke tanah. Harap maklum, Malaysia dan Brunei memang serius mengembangkan buah surga itu. Di hutan-hutan Kalimantan kubau (nama di Sarawak) tumbuh merambat pada batang pohon-pohon besar. Pada eksplorasi ke Kalimantan Barat Trubus mendapati gitaan setinggi 30 m tumbuh di sebelah pohon meranti. Sewindu berlalu kita masih bersandar pada gitaan asal hutan agar dapat merasakan kelezatan buah surga. (Ridha YK, kontributor Trubus di Kalimantan Selatan)

Tags: buah gitaan, buah gitaan idaman, buah gitaan langka, buah gitaan lezat, buah gitaan yang menarik, buah langka, buah manis dan enak, buah surga, ciri buah gitaan, informasi buah gitaan